Srimenanti Joko Pinurbo dan Segala Keindahannya

Srimenanti oleh Joko Pinurbo (Gramedia Pustaka Utama, 2019)

Pernah gak baca buku dan langsung suka tepat saat baca kalimat pertama? Kayak tersihir dan pasrah aja gitu kalau sihirnya menetap. Sampai ceritanya udah tamat pun, kalimat itu terlalu membekas dan masih terngiang di kepala. Itu yang saya rasakan ketika menikmati kisah Srimenanti karya Joko Pinurbo. Jokpin dengan kecerdikannya memainkan kata-kata memulai cerita Srimenanti dengan mempermainkan hati dan perasaan saya, “Di sebuah gang lengang di pagi yang basah saya berpapasan dengan seorang perempuan muda, wajahnya milik trauma.”

Saking indahnya, membikin hati saya meleyot tanpa persiapan seperti kena tembak panah emas milik Cupid. Segala keindahan Srimenanti juga tampak jelas dari kalimat-kalimat jenaka, lugu, memabukkan, yang bisa kita temukan dalam setiap halaman. Persis sebagaimana untaian kalimat dalam puisi-puisi Jokpin—yang ada dalam novel, baik penggalan maupun utuh, dan karya lainnya. Seolah-olah Jokpin dan puisi udah menyatu, serta enggan melepaskan dirinya dari puisi.

Saya curiga Jokpin sebetulnya bukan penulis, melainkan penyihir sekaligus pesulap yang piawai menyaru sebagai penulis. Sebab, kata-kata sederhana yang, bagi saya, biasa aja dan gak terpikir untuk diuntai menjadi kalimat yang wah, bisa ia sihir sekaligus sulap menjadi kata-kata indah nan puitis dan memikat—tanpa berupaya untuk tampak puitis. Hal ini pula yang membikin saya tetap bisa memahami cerita meskipun gak tahu arti dari beberapa kata dalam bahasa Jawa, seperti suwung, gelibet, dll.

Dalam novel perdananya ini, Jokpin membawa pembaca ke dua dunia penuh kesunyian dan kesendirian; dunia seorang pelukis dan penyair. Kehidupan Srimenanti sebagai pelukis dan mas penyair sebagai penyair tak ubahnya seperti kehidupan kita. Mereka pun mengalami kegalauan soal impian, trauma membekas, kerinduan akan rumah, kesedihan, kegagalan, kesialan, dan kebetulan-kebetulan.

Seolah-olah mengiakan kata-kata Fiersa Besari dalam Garis Waktu, “Kebetulan adalah takdir yang menyamar.”, Jokpin menyuruh lihat takdir perjumpaan pun perkenalan Srimenanti dan mas penyair dalam beberapa kebetulan. Misalnya, teman Srimenanti adalah juga teman mas penyair dan perjumpaan Srimenanti dengan dua anak pwisie yang dikenal juga oleh mas penyair. Melihat kebetulan-kebetulan itu, kalau dipikir-pikir, ya, (mungkin) memang takdir.

Cerita Srimenanti sendiri udah indah dengan alur dan konflik yang amat dekat dengan kita meski gak pelik. Contohnya, keluguan polisi ketika menahan dua anak pwisie yang dianggap mengganggu ketertiban dan komandan pemuda setempat yang meringkus mas penyair gara-gara puisinya. Belum lagi ditambah banyak pemanis berupa puisi-puisi Sapardi Djoko Damono, puisi-puisi Jokpin sendiri, penggalan puisi Rendra dan Shinta Febriany, dan dua twit yang kian memperelok cerita.

Jauh sebelum membaca Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu dan Haduh, aku di-follow, saya mengenal Jokpin lewat puisi-puisinya yang tersebar di media sosial. Saya belum pernah baca cerpen-cerpen Jokpin. Tapi, di mata saya, Jokpin identik dengan kesederhanaan, kenakalan, dan kejenakaannya yang khas dalam menjahit kalimat. Srimenanti sendiri adalah sebenar-benarnya Jokpin. Membaca Srimenanti seperti membaca Jokpin. Satu kalimat untuk Srimenanti (izinkan saya mengumpat sekali aja 🙏🏼): asu! Kok, ya, indah banget! ❤

Omong-omong asu, saya jadi ingat kiriman yang diunggah sastragpu akhir Oktober lalu. Jokpin menggoda pembaca lewat video bocoran buku cerita barunya. Dalam video itu ada gambar seekor anjing hitam dan daun-daun berguguran. Saya jadi penasaran dan kepikiran. Apa bakal ada asu-asu lain yang lebih asu? Apa Subagus, yang biasa dipanggil Su oleh mas penyair, bakal memeriahkan ceritanya lagi? Apa nanti di buku cerita barunya Jokpin bakal mengungkap siapa eltece yang gentayangan di Srimenanti? Apa anjing hitam dalam video bakal jadi satu dari banyak asu dalam ceritanya? Ah, apa pun itu, jelas saya menanti buku cerita baru Jokpin dengan riang gembira dan hati tenang. Sebab, saya udah siap dan senantiasa rela dipermainkan Jokpin (lagi).

Data buku:

Judul: Srimenanti

Penulis: Joko Pinurbo

Penyelia Naskah: Mirna Yulistianti

Cetakan pertama: 8 April 2019

ISBN: 978-602-06-2908-7

ISBN: 978-602-06-5012-8 (PDF)

Tebal: 144 halaman

Rating: ★★★★

4 Comments Add yours

  1. nina berkata:

    Bukunya tipis, jadi bacanya cepet. Isinya berkesan.

    Suka

    1. Launa berkata:

      Setuju. Berkesan banget. Makasih udah membaca 🙏🏻

      Suka

  2. Wardhina Ayu berkata:

    Sudah lama pengen baca buku Srimenanti, tapi belum juga tergerak. Setelah baca review ini makin penasaran, apalagi ada pertanyaan-pertanyaan yang mbak Launa pertanyakan di tulisan review kali ini. Jadi kepikiran bagaimana jawabannya hihi. Nice review mbak Launa, salam kenal 😇🙏

    Suka

    1. Launa berkata:

      Pertanyaan-pertanyaan itu kayaknya bakal kejawab di buku cerita barunya nanti. 😆 Salam kenal juga, Mbak Dhina! Makasih ya udah membaca 🙏🏻😊

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.